-->
  • Perahu Timun Iban (Fragmen Pilihan 2)



    Perahu Timun Iban
    “Dia tetap menunggu meski esok bukan miliknya...”
    (Fragmen Pilihan)

    Pittt…Pit…Pit…Pittt…
    Pittt…Pit…Pit…Pittt…

    Kedengaran sayup-sayup bunyi bot ekspress Jumbo 90 yang sudah tiba di jeti.Bunyi bot ekspess itu menyedarkan Aki Suki yang sedang tidur di perbaringannya. Antara tidur dan jaga, Aki Suki mengumpul sepenuh tenaganya untuk bangun.Walaupun usianya sudah melanjut, kulit tangannya tetap tegang berbelulang kerana biasa melakukan kerja-kerja berat seperti mengumpul rotan sega dan mencari kayu api di hutan. Dalam usahanya untuk bangun, dia memasang telinganya kalau-kalau masih ada lagi bunyi bot ekpress.Penumpang barangkali sudah ramai yang turun dari bot ekspress dan bot itu sudah pun berangkat pergi, fikirnya. Aki Suki sudah berupaya mendudukkan dirinya. Aki Suki melihat ke jendela.Cahaya mentari petang menerobos masuk melalui tingkap yang sedikit terbuka.Daun jendela yang terkopek menggambarkan usia langkau kebun miliknya itu.Aki Suki lebih suka berehat di langkau kebun berbanding dengan rumah panjang.Lebih-lebih lagi setelah pemergian Ini Suki, Aki Suki nyatanya lebih senang menyendiri daripada masyarakat kampung. Dia ingin bersunyi sendiri.Tidak lama, Aki Suki teringat kepada sepucuk surat yang terselit kemas di bawah bantalnya.Diangkatnya bantal, dan surat itu masih di situ.Terlipat kemas, walau sudah agak melusuh.Jemarinya mengambil surat itu dengan lembut.Dibukanya perlahan.Matanya menyorot setiap patah kata dalam surat itu.Entah kali yang keberapa Aki Suki berbuat begitu.Sejak Jabat berlari-lari menemuinya pada petang yang redup itu.Jabat dengan sengih dan tawanya, menyerahkan surat itu kepada Aki Suki.Kata Jabat, surat itu daripada Suki.Aki Suki terkejut dengan kata-kata Jabat. Dimintanya Jabat untuk membuka dan membaca isi kandungan surat itu. Aki Suki buta huruf. Aki Suki tidak pandai membaca.Jabat mebuka sampul surat dan membaca surat itu.Kata Jabat, Suki bertanya khabar.Aki Suki tersenyum.Tambah Jabat lagi, Suki akan balik menemuinya ketika Hari Gawai nanti.Aki Suki tersentak dan terkejut.Hatinya bagai dilambung waktu itu.Puas dia bertanya benarnya perkhabaran itu dengan Jabat.Jabat mengangguk dan mengiyakan.Hati Aki Suki tersentuh.Tidak tersedar matanya genang berkaca.Aki Suki meminta surat itu daripada Jabat.Jabat memberikannya kepada Aki Suki.Aki Suki cium surat itu dan didekatkan kepada dadanya.Dipeluknya erat-erat.Seakan dia dapat merasa nadi dan jiwa Suki dalam surat itu.Mutiara yang bergenang di kolam matanya akhirnya gugur juga.Beberapa titik membasahi surat itu.Cepat-cepat dikesatnya surat itu kerana takut ianya akan terkoyak.
    Jabat tersentuh hati melihat Aki Suki.Dia tidak lagi tersengih bahkan kini berkongsi rasa sedih dan hiba bersama Aki Suki.Lama juga Aki Suki mengelamun.Tersedar kembali, Aki Suki kembali melipat surat itu kemas-kemas dan disorokkannya semula ke bawah bantal.Harapannya, apabila tidur dia akan bermimpikan Suki.Aki Suki berteleku. Dia merenung jauh.Suki, akan kutunggu kepulanganmu, Cu.

    #perahutimuniban ©
    #novel2018
    #akisuki
    #inisuki
    #suki
    #jabat

    foto : Google Images
  • You might also like

    Tiada ulasan: