Lewat Rasa Percaya.Lewat Diri Mengerti.Suatu catatan luahan rasa dari sudut berbeda. Selamat membaca.
Lewat Rasa Percaya.Lewat Diri Mengerti~fragmen 1
Kosong.Pernahkah merasakan ruang itu kosong walau pada hakikatnya ia dipenuhi oleh manusia? Gema suara yang berbalas sahutan tidak mampu menyedarkan kita daripada kebingungan.Seperti berdiri di tengah-tengah kesibukan kota.Namun hiruk-pikuknya tidak dapat dirasakan.Hampa memikirkan.Kegagalan demi kegagalan, walau sedayanya mencuba.Keringat dan darah, akhirnya pasrah.Pintu tidak selamanya tertutup rapat.Benar.Namun, tangan sudah tidak mampu lagi untuk membuka. Asli diri semakin kabur dengan rasa berkecamuk.Seperti seorang pelukis yang tidak mampu lagi memesrakan warna pada kanvas kerana warna itu sudah saling membenci sesama sendiri.Itulah kegagalan.Kegagalan meruntuhkan rasa percaya diri sendiri, dan juga orang lain?~
Lewat Rasa Percaya.Lewat Diri Mengerti~fragmen 2
Kontang.Kau pernah dengar cerita seorang pengembara?Seorang pengembara sesat di gurun.Dia terhuyung-hayang, tekaknya kekeringan.Bahang mentari tidak mengenal erti belas.Memancar dan mendera deria.Tidak mampu lagi untuknya melangkah. Saat sudah menyerah dan melutut, seakan bermimpi dia terlihat lopak air dari jauh. Bingkas bangun, tenaga akhir dikerah, berlari dalam payah, dia mendapatkan lopak air itu.Tanpa berfikir lagi, air itu pun dihirup.Dihirup, dan dihirup.Air?Air?Pasir...Fatamorgana menipunya. Dia memakan pasir.Dia tersedar.Tekaknya kesakitan.Dia meraung.Hampa dan derita.Dia, pengembara, yang mencabar alam telah tewas di gurun kontang.Pengembara rebah.Tidak berdaya lagi.Matanya bergenang...rasa ingin mati.~
Lewat Rasa Percaya.Lewat Diri Mengerti~fragmen 3
Hujan.Pernahkah kau melihat hujan?Saat rintiknya jatuh lembut membasah bumi, seorang gadis menggesek biola di tepi jendela.Gesekannya adalah ratapan.Retak angan dan mimpi semalam.Seketika, alunan terhenti.Gadis itu melihat ke arah awan mendung kelabu.Lama dia memerhati.Biola di tangan diletak perlahan ke tepi. Saat itu,angin menyapa wajahnya.Jemari halusnya mengatur lembut anak rambut, dan menunduk perlahan.Dipandangnya biola itu.Melodi yang dulunya gemersik, kini kaku.Tidak lama, mutiara jernih bergenang di kelopak.Gadis itu cuba untuk menyeka, namun titisannya turun jua membasahi pipi.Dalam genang mata berkaca, gadis itu mengimbau kembali fragmen lama.Harapan, yang kini tinggal cebisan kenangan.
“ Tunggu aku.Aku pergi tidak lama.”
“Aku tetap di sini menunggumu.”
~kau, akan kembali, bukan?
Bersambung di fragmen 4.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan